KATA PENGANTAR
Alhamdulillah tidak lupa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga kami
dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah Bahasa Indonesia ini. Makalah ini
adalah mengenai EYD khususnya dalam penggunaan tanda baca, yang di masa kini
kurang begitu diperhatikan dan jarang dipergunakan dalam suatu kepentingan yang
non formal.
Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman kita tentang seberapa pentingnya penggunaan tanda baca yang benar
sesuai dengan EYD. Penulis sadar dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
beberapa kekurangan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk semua
pembaca, khususnya untuk diri kami sendiri.
Jakarta, Januari 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
........................................................................................................
i
DAFTAR ISI
......................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................
1
1.1 Latar
Belakang .............................................................................................................
1
1.2 Masalah
........................................................................................................................
1
1.3 Ruang
Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) ..................................................
2
1.4 Tujuan
..........................................................................................................................
2
1.5
Manfaat ........................................................................................................................
2
BAB IIPEMBAHASAN
..................................................................................................
3
2.1
Pemakaian Tanda Baca ................................................................................................
3
2.2
Macam-macam tanda baca .........................................................................................
3
2.3 Fungsi
tanda baca ........................................................................................................
4
2.3.1
Tanda Titik (.) ..........................................................................................................
4
2.3.2
Tanda Koma (,) ........................................................................................................
6
2.3.3
Tanda Titik Koma (;) ...............................................................................................
8
2.3.4.
Tanda Titik Dua (:) .................................................................................................
8
2.3.5.
Tanda Hubung (-) ...................................................................................................
9
2.3.6
Tanda Tanya ...........................................................................................................
10
2.3.7
Tanda Seru (!) ........................................................................................................
10
2.3.8
Tanda Kurung ((...)) ...............................................................................................
10
2.3.9
Tanda Kurung Siku ([...]) .......................................................................................
11
2.3.10
Tanda Petik (“...”) .................................................................................................
12
2.3.11
Tanda Petik Tunggal (‘...’) ....................................................................................
12
2.3.12
Tanda Garis Miring (/) ..........................................................................................
13
2.3.13
Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘) ......................................................................
13
BAB III
PENUTUP..........................................................................................................
14
3.1
Kesimpulan ................................................................................................................
14
3.2 Penutup
......................................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA
......................................................................................................
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ejaan Adalah seperangkat aturan atau
kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam
suatu bahas. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda
dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf, suku
kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh
lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai
sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus
dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman hidup,
terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan berimplikasi pada
ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah
rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para
pengemudi mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan
tidak semrawut. Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai
dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang
dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan
pada tanggal 16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah
dipakai selam dua puluh lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada tahun
itu diresmikan pada tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang
merupakan ejaan pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama seorang
guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun
1901 oleh pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van
Ophuysen tidak berlaku lagi pada tahun 1947.
1.2 Masalah
Pada masalah ini, kami akan
menjelaskan bagaimana cara penggunaan tanda baca yang baik dan benar. Di sini
kami menuliskan macam macam tanda baca beserta aturan letak penggunaan dan
fungsi dari macam-macam tanda baca tersebut, sehingga kita bisa memahami bagaimana
cara penggunaan tanda baca yang baik dan benar, karena dalam aturan penggunaan
tanda baca, banyak sekali masalah masalah penulisan tanda baca yang kurang
tepat sehingga terkadang sulit untuk memahami isi tentang tulisan yang ditulis
dalam sebuah karya tulis.
1.3 Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ruang lingkup EYD mencakup lima aspek, yaitu:
1.
Pemakaian
Huruf
2.
Penulisan
Huruf
3.
Penulisan
Kata
4.
Penulisan
unsure serapan
5.
Pemakaian Tanda Baca
1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin kami capai
dari penulisan karya tulis ini adalah:
1.
Dapat
memahami fungsi dari macam-macam tanda baca yang ada
2.
Dapat
memahami tata cara dan letak dalam penggunaan tanda baca
3.
Dapat
membuat sebuah karya tulis dengan tanda baca yang baik dan benar
4.
Dapat
memahami dan mengembangkan tulisan dengan tanda baca yang baik dan benar
1.5 Manfaat
Dengan diselesaikanya makalah ini,
kami dapat memberikan manfaat antara lain
1.
Dapat
menulis karya ilmiah dengan Ejaan tanda baca yang benar
2.
Dapat
menggunakan tanda baca yang sesuai dengan konteks kalimat yang ada
3.
Dapat
memahami penggunaan tanda baca untuk menulis sebuah karya ilmiah yang baik dan
benar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemakaian Tanda Baca
Dalam hal pembuatan karangan ilmiah,
kesalahan huruf dan tanda baca sering muncul. Dan di dalam penulisan tanda baca
sering sekali kita lalai dan melakukan kesalahan dalam penulisanya. Sehingga
menjadikan karangan atau karya ilmiah kita menjadi sebuah karya yang kurang
baik karena ada kesalahan dalam penulisanya. Dari berbagai kesalahan itu,
sebenarnya para penulis karya ilmiah mampu untuk membuat tulaisanya, akan
tetapi mereka sering lalai dan ceroboh dalam penggunaan tanda baca. Karena apa,
tanda baca selalu di anggap sepele dalam penggunaanya sehingga kadang
menjadikan kalimat itu menjadi rancu dan berbeda arti. Suatu contoh kita ambil
kalimat “kucing makan tikus mati”. Dalam konteks kalimat ini jika tidak kita
beri pemisah tanda baca maka akan menjadikanya sulit untuk dipahamai. Dari
kalimat “kucing makan tikus mati” siapakah yang mati dalam konteks kalimat
ini?, akan tetapi apabila kita ganti konteks kalimat ini dengan pemberian tanda
baca seperti ini ”kucing makan, tikus mati”, siapakah yang mati dalam konteks
kalimat ini?, kemudian apabila kita gunakan konteks kalimat ini ”kucing makan
tikus, mati”, siapakah yang mati dalam konteks kalimat ini?. Kucing makan tikus
mati adalah salah satu contoh kalimat yang banyak persepsi apabila kita salah
menggunakan tanda bacanya. Oleh karena itu, pemakaian tanda baca dalam
penyusunan kalimat sangat perlu untuk diperhatikan.
2.2 Macam-macam tanda baca
Tanda tanda baca yang dipakai dalam
penuisan yaitu:
1) Tanda titik(.)
2) Tanda
koma(,)
3) Tanda titik
koma(;)
4) Tanda titik
dua (:)
5) Tanda
hubung(-)
6) Tanda pisah
(_)
7) Tanda
elipis(…)
8) Tanda
Tanya(?)
9) Tanda
seru(!)
10) Tanda
kurung((…))
11) Tanda kurung
siku([…])
12) Tanda petik
ganda(“…”)
13) Tanda petik
tunggal(‘…’)
14) Tanda garis
miring(/)
15) Tanda
penyingkat(‘)
2.3 Fungsi tanda baca
Dari macam-macam tanda baca yang
telah disebutkan tadi, masing masing tanda baca memiliki fungsi dan kegunaanya
masing-masing.
2.3.1 Tanda Titik (.)
1. Tanda titik
dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
-
Ayahku
tinggal di Solo.
-
Biarlah
mereka duduk di sana.
-
Dia
menanyakan siapa yang akan datang.
2. Tanda titik
dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III.
Departemen Dalam Negeri
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam
deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik
dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik
dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka
waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam
( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam
(20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam
(30 detik)
5. Tanda titik
dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai
Poestaka.
6. Tanda titik
dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
7. Tanda titik tidak
dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
8. Tanda titik tidak
dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik
9. Tanda titik tidak
dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan
alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
2.3.2 Tanda Koma (,)
1. Tanda koma
dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
2. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat serata
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4. Tanda koma tidak
dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.
5. Tanda koma
dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula,meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
6. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan
dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
7. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dari kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
8. Tanda koma
dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat
dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
(i) Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
(ii) Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
9. Tanda koma
dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
10. Tanda koma dipakai di antara nama
orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11. Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan
paduan suara.
12. Tanda koma dipakai di muka angka
persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
13. Tanda koma dapat dipakai––untuk
menghindari salah baca––di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
14. Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam
kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“ Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
2.3.3 Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik
koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2. Tanda titik
koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di dapur; Adik
menghapal nama-nama pahlawan nasional.
2.3.4. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik
dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
Sekretaris : Tati Suryati
2. Tanda titik
dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara surah
dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan,
serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
(v) Tempo, I (34), 1971:7
(vi) Surah Yasin:9
3. Titik dua dapat
dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!”
4. Titik dua
dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
2.3.5. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung
menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya:
Walaupun demikian, masih banyak yang ti-dak mematuhi peraturan tersebut.
2. Tanda hubung
menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir,
sayur-mayur
3. Tanda hubung
menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
4. Tanda hubung
dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya atau sebelumnya yang
dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan angka, angka dengan kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2, S-1,
tahun 50-an
5. Tanda hubung
dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
2.3.6 Tanda Tanya
1. Tanda tanya
dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
2. Tanda tanya
dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
2.3.7 Tanda Seru (!)
1. Tanda seru
dipakai pada akhir kalimat printah.
Misalnya:
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
2. Tanda seru
dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
2.3.8 Tanda Kurung ((...))
1. Tanda kurung
mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program Kerja)
dalam sidang pleno tersebut.
2. Tanda kurung
mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian
Indonesia lima tahun terakhir.
3. Tanda kurung
mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c)
modal.
4. Tanda kurung
mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
2.3.9 Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda kurung
siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai korekssi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan
bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung
siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.
2.3.10 Tanda Petik (“...”)
1. Tanda petik
mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan
tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
2. Tanda petik
mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di
SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.
3. Tanda petik
mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Misalnya:
Saat ini ia sedang tidak mempunyai pacar yang di kalangan remaja dikenal
dengan “jomblo”.
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
2.3.11 Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1. Tanda petik
tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan
rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik
tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-back berarti ‘balikan’.
2.3.12 Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda garis
miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat III/10
2. Tanda garis
miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam
2.3.13 Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda
penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Gunung pun
‘kan kudaki. (‘kan = akan)
17 Agustus
’45 (’45 = 1945)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a) Penggunaan
tanda baca perlu diperhatikan dalam penulisan karya tulis atau karya ilmiah.
b) Masing
masing tanda baca memiliki aturan dan tata letak penggunaanya, sehingga kita
harus cermat dalam menggunakan tanda baca dan menempatkan tanda baca pada
aturan yang telah di tetapkan
c) Penggunaan
ejaan yang disempurnakan (E Y D) sangat dibutuhkan dalam penulisan karya tulis
ilmiah agar sebuah karya tulis ilmiah tersebut dapat tersusun dengan baik dan
mudah dipahami.
d) Dari
berbagai macam kesimpulan, maka penggunaan tanda baca perlu untuk dipahami dan
dipelajari lebih detail agar penggunaan tanda baca pada karya ilmiah yang kita
buat menjadi benar dan mudah dipahami oleh orang-orang yang akan membaca karya
tulis kita.
3.2 Saran
Dari tugas makalah tersebut, banyak hal yang dapat kita pelajari. Seperti
halnya yang sudah kami harapkan dan sampaikan pada kata pengantar tugas makalah
ini, yaitu semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menambah wawasan
kita dan pemahaman kita mengenai pengguanaan tanda baca yang baik dan benar
yang tentu saja sesuai dengan EYD.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Sugihastuti, dkk. 2006. Editor
Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2.
Finoza, Lamudin. 1993.Komposisi
Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia,.
3.
Alwi, Hasan. Dkk. 2003, Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta: Balai Pustaka.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar