Kata
Pengantar
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada kita semua
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, dimana makalah ini membahas tentang
ragam bahasa.
Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari banyak pihak sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya,
ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini, kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat dan mampu menambah
wawasan bagi semua semua orang.
Daftar Isi
Kata
Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
............................................................................................. 1
1.2
Rumusan
Masalah......................................................................................... 1
1.3
Tujuan........................................................................................................... 1
1.4
Manfaat......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pentingnya
Bahasa......................................................................................... 3
2.2
Pengertian Ragam Bahasa.............................................................................. 4
2.3 Sebab
Terjadinya Ragam Bahasa................................................................... 5
2.4
Macam-macam Ragam Bahasa...................................................................... 5
2.4.1
Ragam Bahasa Menurut Cara Berkomunikasi............................................ 5
2.4.2
Ragam Bahasa Indonesia Menurut Cara Pandang Penutur........................ 12
2.4.3
Ragam Bahasa Menurut Topik Pembicaraan............................................. 14
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.................................................................................................... 19
3.2 Saran.............................................................................................................. 19
Daftar
Pustaka................................................................................................... 20
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah
dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah
Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan
yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang
tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, pengetahuan
tentang ragam bahasa cukup penting untuk dipelajari. Dengan
tujuan untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang
akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga
identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.
Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya
pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari
bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia dimana ragam bahasa yaitu
variasi bahasa Indonesia yang digunakannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa lisan
dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih ditekankan adalah ragam bahasa
lisan, karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan komunikasi, puisi, pidato, ceramah, dll.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.
Apakah yang dimaksud dengan ragam bahasa?
2.
Apa saja macam-macam ragam bahasa?
3.
Bagaimana cara menggunakan ragam bahasa yang baik dan benar?
1.3
Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui
tentang ragam bahasa Indonesia dan macam-macam ragam bahasa Indonesia ditinjau
dari berbagai aspek. Dan untuk memenuhi
tugas bahasa Indonesia.
1.4 Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah :
1. Mahasiswa
dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan ragam bahasa.
2. Mengetahui
adanya berbagai ragam bahasa Indonesia yang sering digunakan.
3. Penggunaan
ragam bahasa.
4. Contoh-contoh
ragam bahasa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pentingnya Bahasa
Manusia
merupakan makhluk sosial, di mana manusia tidak dapat hidup sendiri atau
individu. Manusia sangat membutuhkan manusia lain dalam menjalankan aktivitas.
Salah satu contoh penggunaan bahasa yaitu komunikasi dengan orang lain.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia secara terminology mengartikan bahasa sebagai
sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat
untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengindentifikasikan diri. Gorys Keraf
(1994:1) memberikan pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota
masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa
juga mencakup dua bidang, yaitu bunyi vokal dan arti atau makna. Bahasa sebagai
bunyi vokal berarti sesuatu yang dihasilkan oleh alat ucap manusia berupa bunyi
yang merupakan getaran yang merangsang alat pendengar. Sedangkan bahasa sebagai
arti atau makna berarti isi yang terkandung di dalam arus bunyi yang
menyebabkan reaksi atau tanggapan orang lain.
Bahasa
adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat Indonesia. Bahasa
juga menunjukkan perbedaan antara satu penutur dengan penutur lainnya, tetapi
masing-masing tetap mengikat kelompok penuturnya dalam satu kesatuan sehingga
mampu menyesuaikan dengan adat-istiadat dan kebiasaan masyarakat. Selain itu,
fungsi bahasa juga melambangkan pikiran atau gagasan tertentu, dan juga
melambangkan perasaan, kemauan bahkan dapat melambangkan tingkah laku
seseorang.
Tanpa
adanya bahasa didalam kehidupan bermasyarakat, maka kita akan sulit untuk
menyampaikan maksud dalam melakukan suatu tindakan. Baik itu secara langsung
melalui ucapan yang keluar dari ucapan kita, ataupun tulisan yang kita tulis
untuk disampaikan.
Pada
dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan
kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai
alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan
beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat
untuk melakukan kontrol sosial.
2.2
Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang
yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh
penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang
biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis,
perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi
(seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok,
yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi remi, seperti
di sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya
dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasa baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa,
ragam bahasa terdiri dari:
(1) Ragam
bahasa lisan
(2) Ragam bahasa
tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech)
dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa
yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur
dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa
lisan, kita menggunakan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita menggunakan tata
cara penulisan (ejaan). Selain itu aspek tata bahasa dan kosa kata dalam kedua
jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. Ragam bahasa tulis yang unsur
dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul
kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama. Padahal, kedua jenis ragam bahasa
itu berkembang menjadi sistem
bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada
pula kesamaannya. Meskipun ada kedekatan aspek tata bahasa dan kosa kata,
masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari
yang lain.
2.3
Sebab Terjadinya Ragam Bahasa
Ragam bahasa timbul seiring dengan perubahan
masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai
keperluannnya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai
alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi
tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar.
2.4
Macam-Macam Ragam Bahasa
Ragam bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena
penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari latar budaya penuturnya
yang berbeda-beda. Selain itu, pemakaian bahasa juga bergantung pada pokok
persoalan yang dibicarakan serta keperluan pemakainya.
Ragam bahasa di bagi berdasarkan beberapa cara, yang pertama berkomunikasi yaitu: (1) Ragam Lisan,
dan (2) ragam tulisan, kedua berdasarkan cara pandang penutur yaitu: (1) Ragam
Dialek, (2) ragam terpelajar, (3) ragam resmi, dan (4) ragam tak resmi, berdasarkan
pesan komunikasi yaitu (1) ragam politik, (2) ragam hukum, (3) ragam
pendidikan, (4) ragam sastra, dan sebagainya.
2.4.1 Ragam Bahasa Menurut Cara Berkomunikasi
A.
Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi
pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu
tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan
kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam
kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan
dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung
di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda
tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal
atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat
disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya
saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari
ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan
dalam bentuk tulis, ragam
bahasa
serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam
itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang
berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
a. Memerlukan
orang kedua/teman bicara;
b. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi
serta bahasa tubuh.
d. Berlangsung cepat;
e. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
g. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
h. Di pengaruhi oleh
tinggi rendahnya suara.
Contoh ragam lisan
Penggunaan Bentuk Kata
- Nia sedang baca surat kabar.
- Ari mau nulis surat.
- Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
- Mereka tinggal di Medan.
- Jalan layang itu untuk mengatasi kamacetan lalu
lintas
Penggunaan Kosa Kata
- Alzeta bilang kalau kita harus belajar.
- Kita harus bikin karya tulis.
- Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
Penggunaan Struktur Kalimat
- Rencana ini sudah saya sampaikan kepada
Direktur.
- Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur
Jakarta
B.
Ragam
Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat
yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam
bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian
sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu,
dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di
dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur
kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan media
tulis seperti kertas dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis,
kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dalam
ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti
bentuk kata atau pun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran
penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca daam mengungkapkan ide. Ragam tulis
yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar,
poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah
remaja, iklan, atau poster.
Ciri-ciri ragam tulis :
1.
Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.
2. Bersifat
objektif.
3. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.
4.
Mengemban konsep makna yang jelas.
5. Harus
memperhatikan unsur gramatikal.
6. Berlangsung lambat.
7. Jelas struktur
bahasanya, susunan kalimatnya juga jeas, dan runtut.
8. Selalu memakai alat bantu;
9. Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
10. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik
muka, hanya terbantu dengan tanda baca.
Ketentuan-ketentuan ragam tulis :
1. Memakai
ejaan resmi.
2. Menghindari
unsur kedaerahan.
3.
Memakai fungsi gramatikal secara eksplisit.
4. Memakai
bentuk sintesis.
5.
Pemakaian partikel secara konsisten.
6.
Menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah
Kelebihan ragam bahasa tulis :
1.
Informasi yang disajikan bisa pilih untuk dikemas sebagai media atau materi
yang menarik dan menyenangkan.
2.
Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
3.
Sebagai sarana memperkaya kosakata.
4.
Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau
mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
1.
Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan tidak ada
akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
2.
Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus
mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cendrung miskin daya pikat dan
nilai jual.
3.
Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong,
oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan
tata bahasa dan kosa kata):
Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa Kata)
a. Ragam
bahasa lisan:
- Nia
sedang baca surat kabar
- Ari
mau nulis surat
b. Ragam
bahasa tulis:
- Nia
sedang membaca surat kabar.
- Namun,
engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
- Mereka
bertempat tinggal di Menteng
- Akan
saya tanyakan soal itu.
Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata:
a. Ragam
Lisan
- Ariani
bilang kalau kita harus belajar
- Kita
harus bikin karya tulis
- Rasanya
masih terlalu pagi buat saya, Pak
b. Ragam
Tulis
- Ariani
mengatakan bahwa kita harus belajar
- Kita
harus membuat karya tulis.
- Rasanya
masih terlalu muda bagi saya, Pak.
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa
standar, semi standar dan nonstandar. Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan
berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat
kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga memungkinkan perubahan di bidang
kosakata, peristilahan, serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras
yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan
berdasarkan:
a. Topik
yang sedang dibahas,
b. Hubungan
antarpembicara,
c. Medium
yang digunakan,
d. Lingkungan,
atau
e. Situasi
saat pembicaraan terjadi
Ciri yang
membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar adalah sebagai
berikut:
· Penggunaan
kata sapaan dan kata ganti,
· Penggunaan
kata tertentu,
· Penggunaan
imbuhan,
· Penggunaan
kata sambung (konjungsi), dan
· Penggunaan
fungsi yang lengkap.
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar
dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita
akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak,
Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam
standar kita akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan
kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan
ragam standar dan ragam nonstandar. Dalam ragam
standar, digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang
ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah ciri lain. Dalam ragam standar kita
harus menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Kelengkapan
fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar.
Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah
dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu,
predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita
menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?”
“Pulang.” Sering kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya, pëmbedaan lain, yang
juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah Intonasi. Misalnya, pembeda
intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam
ragam tulis. Beberapa penyusun buku seperti E.Zaenal Arifin dan S.Amran Tasai
(1999:18-19) mengatakan bahwa pada dasarnya, ragam tulis dan ragam lisan
terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku.
Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar
warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan
norma bahasa dalam penggunaannya atau ragam bahasa yang dipakai jika kawan
bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau jika topik pembicaraan
bersifat resmi (mis. Surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan
teknis), atau jika pembicara dilakukan didepan umum. Ragam tidak baku adalah
ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari
norma ragam baku.
Ragam baku itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau katarasa dibubuhi
awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kataraba dibubuhi pe-, akan
terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan
bahasa, kata rajin dibubuhi pe-, akan
menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita
berpegang pada sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Kata langganan mempunyai makna
ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam hal
ini, tokonya disebutlangganan dan orang yang berlangganan itu
disebut pelanggan.
b) Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat
resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini
dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui
jalur pendidikan formal (sekolah).
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang
ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan
gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca.
c) Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa
ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain,
pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan
kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara danpramugari. Andaikata
ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward atau stewardes dan
penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku.
Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai
dengan saat ini tidak disepekati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat
ialahpramugara atau pramugari.
Dalam berbahasa Indonesia, kita sudah mengenal ragam lisan dan ragam tulis,
ragam baku dan ragam tidak baku. Oleh sebab itu muncul ragam baku tulis dan
ragam baku lisan. Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam
buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah lainnya. Pemerintah sekarang
mendahulukan ragam baku tulis secara nasional. Usaha itu dilakukan dengan
menerbitkan masalah ejaan bahasa Indonesia, yang tercantum dalam buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan.
Dalam masalah ragam baku lisan, ukuran dan nilai ragam baku lisan ini
bergantung pada besar atau kecilnya ragam daerah yang terdengar dalam ucapan.
Seseorang dikatakan berbahasa lisan yang baku kalau dalam pembicaraannya tidak
terlalu menonjol pengaruh logat atau dialek daerahnya.
2.4.2 Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara
pandang penutur
Berdasarkan cara pandang penutur,
ragam bahasa dibagi menjadi empat, yaitu: Ragam Dialek, Ragam Terpelajar, Ragam
Resmi, dan Ragam Takresmi.
a. Ragam
Dialek
Ragam daerah/dialek adalah variasi
bahasa yang dipakai oleh kelompok banhasawan ditempat tertentu(lihat
Kridalaksana, 1993:42). Dalam istilah lama disebut dengan logat.logat yang
paling menonjol yang mudah diamati ialah lafal (lihat Sugono, 1999:11). Logat
bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/pada posisi awal
nama-nama kota, seperti mBandung, mBayuwangi,atau realisai
pelafalan kata seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an, gera’an. Logat
daerah paling kentara karena tata bunyinya. Logat indonesia yang dilafalkan
oleh seorang Tapanuli dapat dikenali, misalnya, karena tekanan kata yang amat
jelas; logat indonesia orang bali dan jawa, karena pelaksanaan bunyi /t/ dan
/d/-nya. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang
pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.
b. Ragam
Terpelajar
Tingkat pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai penggunaan bahasa
indonesia. Bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan
tampak jelas perbedeaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang
tidak berpendidikan. Terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa
asing, seperti contoh dalam tabel berikut.
Tidak Terpelajar
|
Terpelajar
|
Pidio
|
Video
|
Pilem
|
Film
|
Komplek
|
Kompleks
|
Pajar
|
Fajar
|
Pitamin
|
Vitamin
|
c. Ragam
Resmi dan Tak Resmi
Kedua ragam bahasa tersebut akan
dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
1. Ragam resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan
dalam situasi resmi, seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan
undangan-undangan.
Ciri-ciri ragam bahasa resmi
:
a. Menggunakan unsur gramatikal
secara eksplisit dan konsisten;
b. Menggunakan imbuhan secara
lengkap;
c. Menggunakan kata ganti
resmi;
d. Menggunakan kata baku;
e. Menggunakan EYD;
f. Menghindari unsur
kedaerahan.
2. Ragam tak resmi
Ragam takresmi adalah bahasa yang
digunakan dalam situasi takresmi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan
pribadi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi (lihat Keraf,1991:6). Ciri-
ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam
bahasa bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita
berada dalam situasi yang tidak normal.
Ragam bahasa
resmi atau takresmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa yang digunakan.
Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu bahasa, derarti semakin resmi bahas yang
digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula tingkat keformalannya, makin rendah
pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan- (lihat Sugono, 1998:12-13).
Contoh: Bahasa yang digunakan oleh bawahan kepada atasan adalah bahas resmi
sedangkan bahasa yang digunakan oleh anak
muda adalah ragam bahasa
santai/takresmi.
2.4.3 Ragam
bahasa Indonesia menurut topik pembicaraan.
Berdasarkan topik pembicaraan, ragam
bahasa dibagi menjadi: ragam politik, ragam hukum, ragam pendidikan, ragam
jurnalistik, dan Ragam sastra dan sebagainya. Kelima jenis ragam bahasa
tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
a. Ragam
politik
Bahasa politik berisi kebijakan yang
dibuat oleh penguasa dalam rangka menata dan mengatur kehidupan masyarakat.
dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu sumber penutur bahasa yang
mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan bahasa di masyarakat.
b. Ragam
hukum
Salah satu ciri khas dari bahasa
hukum adalah penggunaan kalimat yang panjang dengan pola kalimat luas. Diakui
bahwa bahasa hukum Indonesia tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas
bahasa Indonesia dalam strukturnya. Hal ini disebabkan karena hukum Indonesia
pada umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis pada zaman penjajahan Belanda
dan ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang sangat sulit menggunakan
kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa hukum kejelasan
norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan penjelasan yang lebar, jelas
kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud.
c. Ragam Sosial
dan Ragam Fungsional
Ragam sosial dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa
yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakantan bersama dalam
lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam sosial membedakan
penggunaan bahasa berdasarkan hubungan orang misalnya berbahasa dengan keluarga,
teman akrab dan atau sebaya, serta tingkat status sosial orang yang menjadi
lawan bicara. Ragam sosial ini juga berlaku pada ragam tulis maupun ragam
lisan. Sebagai contoh orang takkan sama dalam menyebut lawan bicara jika
berbicara dengan teman dan orang yang punya kedudukan sosial yang lebih tinggi.
Pembicara dapat menyebut “kamu” pada lawan bicara yang merupakan teman tetapi
takkan melakukan itu jika berbicara dengan orang dengan status sosial yang
lebih tinggi atau kepada orang tua.
Ragam fungsioanal, sering juga
disebut ragam professional merupakan ragam bahasa yang diakitkan dengan
profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Sebagai
contoh yaitu adanya ragam keagamaan, ragam kedokteran, ragam teknologi dll.
Kesemuaan ragam ini memiliki fungsi pada dunia mereka sendiri.
d. Ragam
jurnalistik
Bahasa Jurnalistik adalah ragam
bahasa yang dipergunakan oleh dunia persurat-kabaran (dunia pers = media massa
cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang
dipergunakan oleh seluruh media massa. Termasuk media massa audio (radio),
audio visual (televisi) dan multimedia (internet). Hingga bahasa jurnalistik
adalah salah satu ragam bahasa, yang dibentuk karena spesifikasi materi yang
disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa
ringkas.
Ragam ringkas mempunyai
sifat-sifat umum sebagai berikut.
ü Bahasanya padat
ü Selalu berpusat pada
hal yang dibicarakan
ü Banyak sifat
objektifnya daripada subjektifnya
ü Lebih banyak unsure
pikiran daripada perasaan
ü Lebih bersifat
memberitahukan daripada menggerakkan emosi
Tujuan utama ialah supaya
pendengar/pembaca tahu atau mengerti. Oleh karena itu, yang diutamakan ialah
jelas dan seksamanya. Kalimat-kalimatnya disusun selogis-logisnya.
Bahasa jurnalistik ditujukan kepada umum, tidak
membedakan tingkat kecerdasan,
kedudukan,
keyakinan, dan pengetahuan.
e. Ragam
sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat
atau karakter subjektif, lentur, konotatif, kreatif dan inovatif. Dalam bahasa
yang beragam khusus terdapat kata-kata, cara-cara penuturan, dan
ungkapan-ungkapan yang khusus, yang kurang lazim atau tak dikenal dalam bahasa
umum. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk menyampaikan emosi
(perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan batin dan
lahir, peristiwa dan khayalan, dengan bentuk istimewa. Istimewa karena kekuatan
efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannya. Bahasa dalam
ragam sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian di samping alat
komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan dikerahkan segala kemampuan yang
ada pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara, panjang pendek
suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, posisi kata, ulangan
kata/kalimat dimana perlu dikerahkan untuk mempertinggi efek. Misalnya, bahasa
dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam karangan umum.
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra
banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Penggambaran yang
sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai
dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta
pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
Jika ditelusuri lebih jauh, ragam
berdasarkan cara pandang penutur dapat dirinci lagi berdasarkan ciri (1)
kedaerahan, (2) pendidikan, dan (3) Sikap penutur sehingga di samping
ragam yang tertera diatas, terdapat pula ragam menurut daerah, ragam menurut
pendidikan, dan ragan menurut sikap penutur. Ragam menurut daerah akan muncul
jika para penutur dan mitra komunikasinya berasal sari suku/etnik yang sama.
Pilihan ragam akan beralih jika para pelakunya multietnik atau suasana berubah,
misalnya dari takresmi menjadi resmi.
Penetapan ragam yang dipakai
bergantung pada situasi, kondisi, topik pembicaraan, serta bentuk hubungan
antar pelaku. Berbagai faktor tadi akan mempengaruhi cara pandang penutur untuk
menetapkan salah satu ragam yang digunakan (dialeg, terpelajar, resmi,
takresmi).
Dalam praktek pemakaian seluruh
ragam yang dibahas diatas sering memiliki kesamaan satu sama lain
dalam hal pemakaian kata. Ragam lisan (sehari-hari) cenderung sama dengan
ragam dialek, dan ragam takresmi, sedangkan ragam tulis (formal) cenderung
sama dengan ragam resmi dan ragam terpelajar. Selanjutnya, ragam terpelajar
tentu mirip dengan ragam ilmu.
Dibawah ini akan diberikan contuh
ragam-ragam tersebut. Ragam ilmu sengaja dipertentangkan dengan ragam nonilmu
demi kejelasan ragam ilmu itu sendiri.
Ragam
|
Contoh
|
a.Lisan
b.Tulis
c.Dialek
d.Terpelajar
e.Resmi
f.Takresmi
|
Sudah saya
baca buku itu.
Saya sudah
membaca buku itu.
Gue udah baca itu buku.
Saya sudah
membaca buku itu
Saya sudah
membaca buku itu
Sudah saya
baca buku itu.
|
Ragam
|
|
Nonilmu
(nonilmiah)
|
Ilmu
(ilmiah)
|
- Ayan bukan penyakit menular.
- Polisi bertugas menanyai tersangka.
- Setiap agen akan mendapatkan potongan.
- Jalan cerita sinetron itu
membosankan.
|
- Epilepsi bukan penyakit menular.
- Polisi bertugas menginterogasi
tersangka.
- Setiap agen akan mendapatkan rabat.
- Alur cerita sinetron itu
membosankan
|
Ciri-ciri ragam ilmiah:
1. Bahasa
Indonesia ragam baku;
2. Penggunaan
kalimat efektif;
3. Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
4. Penggunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian
kata dan istilah yang bermakna kias;
5. Menghindari
penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan;
6. Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan antaralinea.
Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:
1. Dia dihukum karena melakukan tindak pidana. (ragam hukum)
2. Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan
diskon.(ragam bisnis)
3. Cerita
itu menggunakan unsur flashback. (ragam
sastra)
4. Anak
itu menderita penyakit kuorsior. (ragam kedokteran)
5. Penderita
autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang
yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam konteks ini ragam
bahasa meliputi bahasa lisan dan bahasa baku tulis.
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah
Disempurnakan (EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga
negara Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik
serta bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada.
3.2
Saran
Sebaiknya kita atau siapa pun penduduk di Indonesia
menggunakan ragam bahasa yang baik dan benar sehingga keberadaan ragam bahasa
itu sendiri tidak punah dengan adanya bahasa-bahasa yang terkadang jauh dari
aturan bahasa yang ada di Indonesia bahkan bertentangan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi
Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. NTT: Nusa Indah.
2.
Rahardi, Kunjawa. 2009. Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta : Penerbit Erlangga
6.
https://www.academia.edu/9534983/MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_RAGAM_BAHASA_
Tidak ada komentar :
Posting Komentar